Thursday, May 08, 2008

HARGA BBM, RAKYAT DAN IKAN HIAS

Lho apa hubungan BBM-Rakyat-Ikan Hias? Kalo harga BBM dan Rakyat sudah jelas ada hubungannya. Kalau harga BBM naik rakyat makin susah. Setiap kenaikan BBM pasti diikuti kenaikan harga lainnya. Mulai dari ongkos angkot, bahan makanan, dan barang lainnya.

Malah para ahli sudah bisa memprediksikan berapa penambahan rakyat miskin akibat setiap kenaikan harga BBM. Hebat kali (kata orang Medan). Menurut Kompas bakal ada 15,8 Juta orang miskin baru. Bukan gambaran yang menyenangkan pastinya.
Nah apa hubungannya dengan ikan hias? Begini ceritanya... 2 minggu lalu saya ajak anak jalan-jalan ke pasar ikan hias di sebuah kawasan di Jakarta. Mula-mula cuma punya rencana beli ikan mas koki yang terkenal cantik itu namun murah. Tujuannya mengajarkan mereka rasa sayang pada binatang.

Setelah keliling-keliling justu mata anak-anak saya terpikat dengan koleksi ikan hias air laut.Bak tersihir mantra dukun hebat, anak saya emoh meninggalkan tempat sebelum dibelikan ikan hias air laut. Saya sudah lama senang memelihara ikan hias. Tapi ini ikan hias air laut. Sama sekali saya tidak punya referensi.
Bayangan saya yang muncul pertama kali adalah repot ngurusnya. Lagi pula sudah pasti lebih mahal. Secara kasat mata sudah jelas warna-warni ikan hias air laut ini lebih menawan daripada ikan air tawar.

Tentu saja penjualnya tidak mudah menyerah dengan bayangan buruk yang menghantui saya itu. Didukung rengekan anak saya yang sudah masuk pada fase ke-2 (tinggal satu fase lagi menuju puncaknya), sang penjual membujuk dan meyakinkan saya bahwa mengurus ikan hias air laut ini lebih mudah. Paling tidak sama mudahnya dengan mengurus ikan hias air tawar, begitu katanya.

Akhirnya saya takluk...oleh rengekan anak dan gaya orator sang pedagang. Dan sudah pasti yang harus saya beli bukan hanya ikan hias air lautnya tapi juga peralatannya.
Sesampai dirumah segala petunjuk sang penjual tadi saya terapkan. Dan satu set pemandangan mini bawah laut-pun hadir di depan mata saya. Begitu hingga 3 hari berikutnya. Satu demi satu ikan hias itu mati. Sedih melihatnya.

Tapi itu membuat saya penasaran. Hari minggu berikutnya saya kembali ke pasar ikan itu dan membeli beberapa ikan hias air laut lagi. Kali ini dengan stok air laut yang lebih banyak dan peralatan tambahan. Namun kejadian yang menyedihkan itu terjadi lagi. Besok pagi hari saya mendapati semua ikan sudah mati. Sampai sekarang sudah 5 kali kejadian itu terjadi, Tentu saja dengan dampak pengeluaran anggaran yang tidak kecil.

Akibat kejadian itu saya mencari berbagai leiteratur di internet mengenai pemeliharaan ikan hias air laut. Setelah berbagai dokumen saya pelajari ternyata kesimpulannya satu. Ikan hias air laut lebih sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Perubahan 1 derajat suhu sekalipun bisa dengan cepat membunuh ikan itu. Pengetesan air laut dengan termometer menunjukkan terjadi kenaikan suhu 2 derajat dari ambang batas atas yang seharusnya. Hanya 2 derajat berubah...dan ikan mati.

Wah ..pantas susah merawatnya.

Lalu apa hubungannya Harga BBM-Rakyat-Ikan Hias? Tidak jelas juga sich. Tapi saya bersyukur rakyat kita bukan jenis ikan hias air laut. Yang akan segera mati dengan perubahan lingkungannya. Mereka punya daya tahan.
Kita sebagai rakyat sudah berkali-kali dihantam masalah yang mengerikan. Mulai krisis ekonomi thn 90an. Kenaikn BBM tahun lalu. Krisi energi saat ini. Entah apalagi. Toh kita masih bertahan.

Ya, bertahan dalam masing-masing kondisinya. Satu dua sudah ada yang tidak tahan sich. Ada seorang ayah di Jawa Tengah memaksa dua anaknya minum racun. Ada perusahaan melakukan PHK atas ratusan karyawannya. Mahasiswa turun ke jalan dan bentrok dengan aparat dalam upaya mereka memproptes kenaikan BBM. Tapi toch umumnya kita masih bisa bertahan.

Bertahan walau mungkin sebagian sudah menggelapar, seperti ikan di depan saya ini. Cipratan air dari sirip ikan yang akan mati ini menyadarkan saya dari lamunan. Sayup berita Presiden SBY menyatakan kenaikan BBM sudah pasti. Ini pasti akan membuat suhu sekitar kita makin panas. Bukan Cuma 1 atau 2 derajat, mungkin lebih dari itu.

Sambil menyesal karena telah mengeluarkan uang yang mungkin bisa memberi makan sehari satu keluarga, saya berharap mudah-mudahan kita bertahan.

No comments: