Friday, June 06, 2008

GUNUNG ES MASALAH KEUANGAN NEGARA


Sudah empat tahun berturut-turut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer (tidak menyatakan pendapat) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Dari sisi proses audit, opini ini adalah derajat paling rendah dari semua opini, yaitu unqualified (wajar tanpa pengecualian), qualified (wajar dengan pengecualian), adverse (tidak wajar), dan disclaimer (tidak memberikan pendapat).

Bagi pengguna laporan keuangan, atribut disclaimer ini menyiratkan bahwa laporan tersebut tidak dapat dipercaya. Terlepas dari perbedaan pendapat dan standar antara BPK dan Departemen Keuangan, sebagaimana disebut Menteri Keuangan, patut kiranya kita menganalsis lebih lanjut masalah laporan keuangan pemerintah ini. Itulah pentingnya tomography.

Laporan keuangan suatu institusi, tidak peduli seberapa besar atau kecilnya institusi, adalah cerminan dari hasil aktivitas orgasisi itu dan bagaimana cara melakukan aktivitas itu. Artinya, bila laporan suatu institusi tidak dapat dipercaya apalagi proses dan hasil yang dilakukannya. Mengutip pernyataan Ketua BPK, ada 7 hal yang menyebabkan suatu laporan auditee dinyatakan disclaimer. Yaitu: (i) keterbatasan akses pada beberapa pos, (2) kelemahan sistem akuntansi dan pelaporan, (3) belum tertibnya penempatan uang negara, (4) tidak ada inventarisasi aset serta utang piutang negara, (5) sistem teknologi informasi yang kurang andal, (6) kelemahan pengendalian internal, dan (7) ketidakpatuhan terhadap undang-undang.
Di sini bisa kita lihat bahwa masalah pada laporan keuangan ini hanyalah gunung es dari masalah pengelolaan keuangan negara. Ia mengindikasikan bahwa terdapat masalah yang lebih besar di di bawahnya. Paling tidak ada 3 masalah yang yang timbul dari laporan keuangan yang tidak baik, yaitu: pengambilan keputusan, alokasi sumber daya, dan pengukuran kinerja.

Masalah Pengambilan Keputusan
Tak terkecuali bagi manajemen negara, laporan keuangan sangat erat kaitannya dengan proses pengambilan keputusan bagi manajemen. Ia menjadi sumber informasi penting dalam penentuan kebijakan. Artinya, laporan keuangan yang akurat akan mendorong pengambilan keputusan yang akurat pula. Sebaliknya, laporan keuangan yang bermasalah akan menggiring manajemen negara mengambil keputusan yang salah juga.

Masalah ketekoran anggaran untuk subsidi adalah satu contoh betapa laporan keuangan pemerintah kita belum mampu menjadi sumber pengambilan keputusan yang tepat. Hanya karena perbedaan perlakuan pencatatan, keputusan yang diambil bisa menyesatkan.
Dalam APBN, penerimaan dari minyak dianggap sebagai penerimaan negara. Akibat perlakuan sebagai penerimaan tersebut mendorong manajemen negara dan pihak-pihak lain memandang pemerintah memiliki dana yang besar. Karena dicatat sebagai penerimaan pula maka dana ini dapat digunakan untuk program apa saja. Besarnya angka penerimaan itulah yang kemudian memicu berbagai perencanaan program yang belum tentu sangat prioritas.

Sebaliknya, subsidi minyak diperlakukan sebagai belanja negara. Akibat perlakuan itu subsidi dianggap lebih sebagai beban pemerintah. Karena sebagai beban pemerintah, maka pemerintah dapat saja mengurangi atau menambahnya.

Pengelolaan keuangan ini tentu sangat berbeda bila perlakuan pencatatan atas hasil penjualan minyak dianggap sebagai hak rakyat yang dititipkan pada negara. Sementara itu, subsidi adalah hak rakyat yang diambil oleh rakyat. Jadi, selisihnya (bila ada) baru boleh digunakan pemerintah untuk berbagai keperluan. Dengan perlakuan pencatatan ini kita bisa melihat justru pemerintah disubsidi oleh rakyat, bukan sebaliknya.

Manajemen Sumber Daya
Dalam adagium manajemen disebutkan “you can’t manage what you can’t measure”. Salah satu alat (tools) utama bagi manajemen untuk mengukur adalah laporan keuangan. Salah satu hal yang harus diukur akurat adalah sumber daya yang dimiliki dan kewajiban. digunakan untuk mengukur sumber daya yang dimiliki dan kewajiban yang harus diselesaikan. Jadi, hanya dengan laporan keuangan yang akurat alokasi sumber daya dan pemenuhan kewajiban dapat dilakukan dengan baik.

Sistem akuntansi dan pelaporan yang tidak akurat juga menimbulkan masalah pada ketepatan alokasi sumber daya. Pengelolaan cash flows pemerintah seharusnya tidak perlu seberat saat ini bila pemerintah mampu mengendalikan dana-dana yang dimilikinya.
Di saat pemerintah kebingungan mencari dana subsidi akibat kenaikan harga minya dunia, saat itu pula ada dana super besar yang sedang diparkir SBI. Konon hampir setiap daerah memiliki dana yang tersimpan di dalam bentuk SBI dengan total dana sekitar Rp 80 T. Belum lagi dana-dana yang tersimpan dalam rekening pemerintah yang tidak tertib. Dari pemeriksaan BPK juga ditemukan sekitar 33.000 rekening tidak tertib dengan nilai sekitar Rp 30 T. Artinya, dari dua masalah ini saja sudah terdapat sekitar Rp 110 T sumber daya yang tidak optimal dialokasikan. Jumlah itu lebih dari 12% APBN tahun 2008 yang sebesar Rp 894,9 T. Lagi-lagi, ini disebabkan sistem akuntansi dan pelaporan yang tidak memadai.

Bagaimana pengendalian pemerintah atas asset berbentuk tanah, gedung, kepemilikan perusahaan dan bentuk lainnya. Melihat pada pengelolaan assset yang berbentuk kas di atas, kemungkinan besar juga terdapat banyak masalah. Sudah umum kita ketahui bahwa banyak asset negara digunakan tidak sesuai peraturan termasuk hasil dari penggunaan itu yang tidak disetor ke kas negara.

Pengukuran Kinerja
Tanpa pelaporan yang baik, kita tidak dapat mengukur kinerja dengan baik. Artinya kita tidak dapat menentukan apakah pemerintah sudah menjalankan tugasnya. Lebih jauh lagi, kita juga tidak dapat menentukan apakah arah pengelolaan negara sudah pada jalur yang tepat. Ibarat sebuah pesawat, maka laporan keuangan adalah suatu indikator arah dan ketinggian. Bila indikator itu tidak dapat dipercaya maka sama saja kita menerbangkan pesawat dalam keadaan buta.

Pembenahan
Mengingat peran penting laporan keuangan tersebut, seyognya pemerintah mencanangkan program pembenahan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara secara serius. Pembenahan yang tidak hanya pada tataran kebijakan tapi juga sampai kepada tataran teknis dan detail. Penyempurnaan sistem, pembenahan dan pelatihan harus sampai pada staf PNS yang paling rendah dimana asal pencatatan itu dimulai.

Bila perlu program itu diperkuat dengan undang-undang yang mengatur tentang pembenahan. Undang-undang itu harus pula mengatur tentang tahapan pembenahan, institusi yang bertanggung jawab dalam pembenahan, serta sanksi bila pembenahan tidak tercapai. Semua instrumen negara harus mengikuti proses pembenahan, tidak terkecuali lembaga penegak hukum, DPR, juga BPK sendiri

Selayaknya gunung es, bukan puncaknya yang kecil yang menenggelamkan kapal tapi bongkahan besar yang ada dibawahnya. Bukan masalah laporan keuangan pemerintah yang membuat negara kita bisa hancur, tapi masalah besar yang ada dibawahnya. Sudah saatnya kita membenahi manajemen negara dimulai dari pembenahan mencatat dan melaporkan dengan baik.

Tuesday, May 13, 2008

CONTENT IS THE KING




Di dunia finansial ada satu jargon yang sangat dikenal, cash is the king. Menurut Wikipedia, istilah ini dipopulerkan pertama kali oleh Alex Spanos. Ungkapan ini menunjukkan betapa pentingnya aliran cash dalam kesehatan suatu bisnis secara keseluruhan. Artinya walapun suatu bisnis bisa saja memiliki piutang yang besar atau asset tetap yang besar, tetapi tanpa cash, bisnis itu bisa jadi secara teknis disebut bangkrut.



Beberapa hari yang lalu saya membaca satu literatur tentang bisnis di masa depan dan menemukan satu jargon yang mirip: content is the king. Sang penulis menyebutkan bahwa saat ini dan masa depan, informasi akan tersedia sedemikian berlimpah. Informasi yang di masa lalu atau saat ini harus dibeli dengan mahal pada pihak tertentu maka pada saat itu sudah mudah kita peroleh. Bahkan, kita akan mudah mendapatnya dari berbagai sumber. Banyak pihak akan berlomba-lomba menyediakan informasi murah bahkan gratis.


Nah, pada saat itu (menurut sang penulis) pihak yang memiliki content yang sangat relevan dan bermanfaat luar biasa akan memperoleh benefit yang luar biasa pula. Content dengan informasi yang umum dan mudah diperoleh menjadi tidak berharga.
Dalam lieteratur internet, content dapat berupa tulisan dalam berbagai gaya seperti jurnal, berita, cerita, artikel, essay, laporan, panduan dan lainnya. Dapat juga berupa program, audio, video, games, dan lainnya yang dapat digunakan oleh pengguna.


Dalam dunia mananajemen kita juga mengenal Steven R. Covey dengan 7 Habit-nya yang menjadi best seller secara internasional. Buku itu sudah terjual lebih dari 10 juta copy (baca: 10.000.000). Misalkan saja satu buku seharga $20, maka nilai cash yang terlibat adalah sebesar $ 200.000.000. Bila kita merujuk kepada ke jargon di dunia financial tadi, bahwa cash = king dan di sisi lain content = king, maka kita bisa tarik kesimpulan dari persamaan sederhana itu content = cash. Apakah sesederhana itu? Tentu saja tidak. Seperti juga komoditas lainnya, content tentu membutuhkan proses untuk diubah menjadi cash.


Tentu saja yang sudah pasti bahwa tidak mungkin melakukan konversi menjadi cash bila tidak ada content-nya. Proses penyediaan content ini dapat berupa tulis-menulis, riset, rangkuman, pengembangan program, syuting film, rekaman suara, dan lainnya. Nah, proses cash proses konversinya tentu lain lagi ceritanya.


Dalam tataran praktis sebenarnya kita sudah melihat banyak proses penyediaan content ini yang berhasil di-convert menjadi cash. Sebut saja, JK Rowling yang sukse dengan seri Harry Potter nya. Di Indonesia, Andrea Hirata dengan Laskar Pelangi dan best seller lainnya. Yang paling heboh, Ayat-ayat Cinta Oleh Habiburrahman El Shirazzy.


Menurut Detik.com, Ayat-Ayat Cinta ditonton oleh lebih 2 juta orang. Bila harga tiket rata-rata Rp 20 ribu, maka pemasukan dari bioskop paling tidak Rp 40 Milyar. Tentu si penulis akan memperoleh sekian persen royalty.


Dalam dunia mananajemen kita juga mengenal Steven R. Covey dengan 7 Habit-nya yang menjadi best seller secara internasional. Buku itu sudah terjual lebih dari 10 juta copy (baca: 10.000.000). Misalkan saja satu buku seharga $20, maka nilai cash yang terlibat adalah sebesar $ 200.000.000. . Jangan lupa pula, turunan dari hasil buah karyanya tersebut adalah training dan jasa konsultansi secara internasional.


Contoh lain yang fenomenal adalah bisnis online. Merebaknya program internet marketing atau affiliate marketing tidak lepas dari industry content. Dalam hal ini, situs penyedia content dan diminati banyak pengunjung akan menjadi media bisnis yang sangat menguntungkan. Salah satu pemain besar di bisnis ini, Asian Brain milik Anne Ahira, malah sudah berani pasang iklan di detik.com dengan ukuran dan posisi yang sama dengan produk PT Telkom.


Contoh-contoh di atas hanyalah segelintir men yediakan “content” kepada khalayak. Tentu saja opportunity seperti itu masih sangat terbuka lebar. So, rekans...mungkin sudah saatnya kita mulai melirik jargon ini.
Dari proses-proses penyediaan content, yang paling simple tentunya adalah menulis. Bila kita memilih menulis sebagai sarana penciptaan content, maka persamaan di atas masih dapat kita teruskan sebagai berikut.


Menulis = menciptakan content = cash = king.


(Kalo di balik: Mau jadi King? Ayo Menulis)

Thursday, May 08, 2008

KEADILAN TUHAN ATAS INDONESIA

Saya pernah diceritakan oleh teman tentang sejarah penciptaan bumi oleh tuhan. Meilhat track record dan ilmu agama yang bersangkutan pastilah cerita itu bukan didasarkan pada kitab suci atau ajaran agama manapun. Tapi (prasangka saya) mungkin juga cerita itu benar, terlebih melihat kondisi di Indonesia yang carut marut ini. Begini cerita teman saya itu.

Pada saat penciptaan dunia, tuhan bekerja sendiri. Dia menciptakan berbagai bintang, planet, asteroid, dan benda-benda lainnya. Ada satu benda yang menyita perhatiannya melebihi yang lain. Proses dan waktu penciptaannya lebih dari benda lainnya. Hingga pada masanya...semua karyanya telah ia anggap selesai.

Lalu, ia memanggil semua malaikat untuk menyaksikan hasil karyanya. Satu persatu ia jelaskan nama benda ciptaannya sambil menjelaskan segala sesuatu berkaitan dengan benda itu. Akhirnya tibalah perhatian para malaikat kepada benda yang sangat unik. Benda kecil berwarna biru berlapis kabut putih. Itulah benda yang tadi mendapat perhatian khusus tuhan saat penciptaan. Ya, itulah bumi.

Mengetahui kekaguman malaikat pada bumi, tuhan segera mempresentasikan hasil karyanya dengan lebih detail. Semua bagian dibedah, gunung, laut, tumbuhan, hewan dan tentu saja manusianya. Malaikat bertanya-tanya, mengapa terjadi perbedaan yang sangat mencolok antara satu bagian dengan bagian lain? Misal padan pasir dan laut, hutan dan tebing, dan seterusnya.

Tuhan menjawab bahwa disitulah letak keadilannya. Ia ciptakan daerah padang pasir yang sangat tandus, air sulit ditemukan, orang-orangnya kasar, tapi nanti akan ditemukan sumber minyak yang melimpah. Nantinya daerah itu menjadi pusat keagamaan dan akan bernama Timur Tengah. Itulah keadilannya. Para malaikat mengangguk-angguk.
Kemudian pembahasan dilanjutkan kepada suatu daerah yang bergunung-gunug. Akan banyak gempa dan kondisi alam yang sulit. Manusianya kecil dan pendek, tapi mereka sangat tekun dan bekerja keras. Nantinya mereka akan menemukan berbagai teknologi tinggi. Daerah itu akan menjadi negara yang hebat dan daerah itu nantinya bernama Jepang. Begitu kata tuhan.

Kembali para malaikat terkagum-kagum.

Adalagi daerah kering, gersang, orangnya tinggi besar dan akan sering berperang. Tapi disana banyak sekali intan. Itulah daerah yang nantinya menjadi Afrika. Begitulah satu persatu daerah dipaparkan oleh si penciptanya. Dan selalu ada timbangan yang ditetapkannya antara kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Sampai pada satu daerah, para malaikat tercenung. Dan sedikit bingung sambil bertanya-tanya, bagaima hukum keadilan ditetapkan di sana. Negerinya berpulau-pulau, pantainya indah-indah. Pegunungannya subur, tapi bahan tambangnya juga banyak. Minyak, timah, emas, batubara, sampai uranium. Belum lagi batu-batu permata.

Makin mereka teliti makin kagum para malaikat pada daerah ini. Ternyata orang-orangnya juga baik-baik dan berbudi halus. Bahkan senyum mereka adalah senyum yang paling indah di antara senyum orang-orang yang akan ditempatkan di daerah lainnya tadi. Belum lagi kreativitas dan budanyanya. Sangat indah dan beragam. Meraka pekerja keras tapi tetap santun. Mereka pejuang tapi penuh kesabaran. Lalu di mana hukum keadilan tadi berlaku? Semua hal baik ada di daerah ini.

Para malaikat sepakat mengajukan hal ini pada tuhan. Daerah ini luput dari penerapan hukum keadilan kata malaikat kepada tuhan. Sambil senyum tuhan berkata, ia belum lengkap menjelaskan tentang daerah itu pada malaikat.

Sambil tersenyum tuhan berkata, nanti akan diturunkan pemimpin-pemimpin korup di antara mereka. Setelah itu, kata tuhan, kalian bisa lihat bagaimana hutan yang subur itu akan digunduli. Tambang yang kaya itu akan diambil orang lain dan hanya polusi yang mereka dapat.
Mereka akan kelaparan walau punya tanah yang subur. Mereka akan kegelapan walau punya banyak sumber energi. Mereka akan menjadi pekerja bangsa lain walau mereka kaya.
Orang-orang di situ akan berubah menjadi kasar dan tidak punya etika. Mereka juga akan mudah saling membenci. Mereka akan menjadi licik, pengecut, dan suka menipu.

Nah kalau itu sudah terjadi...maka kalian pasti melihat hukum keadilan terjadi di sana. Nantinya daerah itu bernama Indonesia.

Para malaikat pun mengangguk-angguk...

Saya berharap ini bukan cerita yang sesungguhnya. Mudah-mudahan ini cuma bagian otak kotor teman saya itu. Tapi kalau melihat kondisi Indonesia sekarang saya khawatir juga jangan-jangan cerita ini benar.

Untuk itu, saya kirimkan beberapa cerita ini ke rekan-rekan yang faham agama (agama apapun) untuk diperiksa ke berbagai buku atau kitab. Mudah-mudahan tidak ditemukan di buku dan kitab manapun.

HARGA BBM, RAKYAT DAN IKAN HIAS

Lho apa hubungan BBM-Rakyat-Ikan Hias? Kalo harga BBM dan Rakyat sudah jelas ada hubungannya. Kalau harga BBM naik rakyat makin susah. Setiap kenaikan BBM pasti diikuti kenaikan harga lainnya. Mulai dari ongkos angkot, bahan makanan, dan barang lainnya.

Malah para ahli sudah bisa memprediksikan berapa penambahan rakyat miskin akibat setiap kenaikan harga BBM. Hebat kali (kata orang Medan). Menurut Kompas bakal ada 15,8 Juta orang miskin baru. Bukan gambaran yang menyenangkan pastinya.
Nah apa hubungannya dengan ikan hias? Begini ceritanya... 2 minggu lalu saya ajak anak jalan-jalan ke pasar ikan hias di sebuah kawasan di Jakarta. Mula-mula cuma punya rencana beli ikan mas koki yang terkenal cantik itu namun murah. Tujuannya mengajarkan mereka rasa sayang pada binatang.

Setelah keliling-keliling justu mata anak-anak saya terpikat dengan koleksi ikan hias air laut.Bak tersihir mantra dukun hebat, anak saya emoh meninggalkan tempat sebelum dibelikan ikan hias air laut. Saya sudah lama senang memelihara ikan hias. Tapi ini ikan hias air laut. Sama sekali saya tidak punya referensi.
Bayangan saya yang muncul pertama kali adalah repot ngurusnya. Lagi pula sudah pasti lebih mahal. Secara kasat mata sudah jelas warna-warni ikan hias air laut ini lebih menawan daripada ikan air tawar.

Tentu saja penjualnya tidak mudah menyerah dengan bayangan buruk yang menghantui saya itu. Didukung rengekan anak saya yang sudah masuk pada fase ke-2 (tinggal satu fase lagi menuju puncaknya), sang penjual membujuk dan meyakinkan saya bahwa mengurus ikan hias air laut ini lebih mudah. Paling tidak sama mudahnya dengan mengurus ikan hias air tawar, begitu katanya.

Akhirnya saya takluk...oleh rengekan anak dan gaya orator sang pedagang. Dan sudah pasti yang harus saya beli bukan hanya ikan hias air lautnya tapi juga peralatannya.
Sesampai dirumah segala petunjuk sang penjual tadi saya terapkan. Dan satu set pemandangan mini bawah laut-pun hadir di depan mata saya. Begitu hingga 3 hari berikutnya. Satu demi satu ikan hias itu mati. Sedih melihatnya.

Tapi itu membuat saya penasaran. Hari minggu berikutnya saya kembali ke pasar ikan itu dan membeli beberapa ikan hias air laut lagi. Kali ini dengan stok air laut yang lebih banyak dan peralatan tambahan. Namun kejadian yang menyedihkan itu terjadi lagi. Besok pagi hari saya mendapati semua ikan sudah mati. Sampai sekarang sudah 5 kali kejadian itu terjadi, Tentu saja dengan dampak pengeluaran anggaran yang tidak kecil.

Akibat kejadian itu saya mencari berbagai leiteratur di internet mengenai pemeliharaan ikan hias air laut. Setelah berbagai dokumen saya pelajari ternyata kesimpulannya satu. Ikan hias air laut lebih sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Perubahan 1 derajat suhu sekalipun bisa dengan cepat membunuh ikan itu. Pengetesan air laut dengan termometer menunjukkan terjadi kenaikan suhu 2 derajat dari ambang batas atas yang seharusnya. Hanya 2 derajat berubah...dan ikan mati.

Wah ..pantas susah merawatnya.

Lalu apa hubungannya Harga BBM-Rakyat-Ikan Hias? Tidak jelas juga sich. Tapi saya bersyukur rakyat kita bukan jenis ikan hias air laut. Yang akan segera mati dengan perubahan lingkungannya. Mereka punya daya tahan.
Kita sebagai rakyat sudah berkali-kali dihantam masalah yang mengerikan. Mulai krisis ekonomi thn 90an. Kenaikn BBM tahun lalu. Krisi energi saat ini. Entah apalagi. Toh kita masih bertahan.

Ya, bertahan dalam masing-masing kondisinya. Satu dua sudah ada yang tidak tahan sich. Ada seorang ayah di Jawa Tengah memaksa dua anaknya minum racun. Ada perusahaan melakukan PHK atas ratusan karyawannya. Mahasiswa turun ke jalan dan bentrok dengan aparat dalam upaya mereka memproptes kenaikan BBM. Tapi toch umumnya kita masih bisa bertahan.

Bertahan walau mungkin sebagian sudah menggelapar, seperti ikan di depan saya ini. Cipratan air dari sirip ikan yang akan mati ini menyadarkan saya dari lamunan. Sayup berita Presiden SBY menyatakan kenaikan BBM sudah pasti. Ini pasti akan membuat suhu sekitar kita makin panas. Bukan Cuma 1 atau 2 derajat, mungkin lebih dari itu.

Sambil menyesal karena telah mengeluarkan uang yang mungkin bisa memberi makan sehari satu keluarga, saya berharap mudah-mudahan kita bertahan.

Thursday, March 13, 2008

How to Find the Best Business Schools

You are in the workplace and you find that you are working hard for average pay, but you don’t feel that you’re advancing or learning new things; you feel that you are stagnating and are losing your touch on things, or that you are not as fast and as adept, or even as up-to-date on trends as you once were. You are in your final months as an undergraduate, and you have a fairly vague idea of where you want to be in the future: running a business or being part of one, and earning more money thanks to your knowledge and education. In either case, you may want to look for a business school to help you out and make you achieve your dreams – but what are the best business schools?

Despite all the lists and compiled school summaries that you will find both online and offline, the best business schools are really those that will help you succeed in the line of business that you want to get into. There are many different business schools out there with many different specialties, so if you are looking for the best business school to go to as you want to advance your career, or get into the workplace, you will need to know what exactly it is that you want first. Are you going to be doing accounting and auditing? Will you be running a business, managing people, hiring people, handing out salaries or wages, or overseeing processes?

Once you know what it is that you want to do, then you can pick out the best business school for you. True, there are the top tier business schools such as Wharton and Harvard, but consider other smaller business schools that might not be as well known, but are experienced in teaching the business aspects that you want to know more about. In particular, if you can find information on alumni of the school, see if their interests and credentials match yours. You might also want to check if the business school to which you are applying is accredited, as this can be an important benchmark of school and curriculum integrity.

You may also want to consider either a live classroom or distance education as the mode of instruction. If you opt for the live classroom, you will have the convenience of really going back to school and not having a headache over the computer programs and computer-based texts that distance education schools will employ. On the other hand, a distance education program will allow you to go to school even while you are based at home, or while you are still on the job, so that you do not have to go through the inconvenience of having to actually return to school. Look for schools that offer the mode of instruction that you need.

Moreover, look for schools that will offer you financial and job assistance. You can have scholarships or even fellowships to go to business schools, and often, the best business schools receive a lot of funding that will be shunted into their scholarship or fellowship program. Once you graduate, some schools will also offer you job hunting assistance, and others, as they are allied with companies, will actually give you placement.

These are only a few things to watch out for as you look for the best business schools. For more information, look for these schools online, and start planning your future in detail. You can also find some relevant information on http://about-scholarship.com/. Once you know what you want, you can find the best business school for you.